LAGU CINTA UNTUK IBU
Oleh Anggita Femilya
Dalam balutan kelemahan
engkau tetap pancarkan berjuta harapan
tersenyum penuh arti dalam sebuah ketulusan
ketika kekecewaan datang
engkau ajarkan arti sebuah keikhlasan
ketika kesakitan itu pun datang
kaulah yg temaniku hingga datangnya kesembuhan
Aku tak tahu apa jadinya aku tanpamu
tak mengerti bagaimana aku hidup jika tanpa kasih sayangmu
aku tak habis pikir bila aku tak dilahirkan dari rahimmu
Ibu...
ijinkanlah aku bernyanyi untukmu
bernyanyi sebuah lagu cinta yg tak akan pernah bosan terucap
lagu cinta yg tak akan hilang termakan zaman
lagu cinta yg ingatkan kita tentang mimpi dan harapan
Ibu...
tetap ijinkanlah aku bernyanyi
menyanyikan senandung rindu ini
rindu yg tak akan pernah hilang dan pergi
senandung kata cinta nan sederhana
lagu cinta untuk ibu
TEMARAM SENJA DI KOTAKU
Oleh Bambang Sukmadji
Kotaku menenggelamkan seluruh tubuhku
meski aku dilahirkan di sini...
aku kokohkan sendi tulangku sendiri,
agar temaram senja tak menjauhkan aku
kotaku tak menyisakan satupun yang kumiliki
telah aku benahi segalanya, tatapan mataku, kayuh kakiku
beribu mulut parau melemparku hingga pucuk ilalang
Semua nampak tak sedikitpun meraih eksotis mawar
padahal dengan angin kembara aku hiaskan
di wajah kotaku, yang menyimpan seribu sembilu
aku tersudut di kotaku sendiri, namun semuanya
memburu detik, demi sayap sayap burung merak
aku sekejap dalam separo nafasku
Segalanya memang Kodrat dan Iradat dariNYA
aku sambut dengan percikan air kembang
dan bentangan puji memenuhi kamarku, aku menggapai arti
lantas sederetan puncak bukit menyerpihkan asa padaku
hingga aku meluruskan batas pandang
kotaku tertinggal di jauh detik yang menerkamku
Di kota ini.....
kembali aku lahir, dengan selendang bidadari
dan angin sejuk membawakan keranjang hidup
aku bersama wewangi bunga setaman
indah menggurat wajah pagi, tanpa suara parau
tanpa layu bunga, tanpa hunian gersang dan tanpa
debu debu kemarau yang menderaku
Bukankah aku lahir di kotaku
dengan semburat awan jingga dan tujuh warna pelangi?
lantas mengapa kau diam membisu, saat aku berkemas
dengan dewa dewi Indraloka bertabur tarian gadis manja
barangkali lantaran aku terselip dalam nyanyi jalang
burung hantu di siang hari bolong
Sehingga semua tertawan dalam tawa renyah
lantas aku melipatkan sayap, menukik tubuhku
memunguti bumiku sendiri...lengang
aku tak akan pernah melempar wajah berkerut
tetaplah kau kotaku dalam biru rinduku
karena aku terlahir sebagai tulang dan daging
Hari hari adalah miliku sendiri
hari hari adalah langkahku sendiri
hari hari adalah wajahku sendiri
Aku terselip di kotaku yang baru, yang melahirkan
kasih suci bersama istri dan anaku
SUNYI TANPAMU DISINI
Oleh Rosal Pribadi Putra
Kesunyian Menyelimuti
hingga tiba sang fajar menyelinapi ku disini masih sendiri
tanpamu yang biasa di hati yang tlah terukir indah
dan terbingkai rapi bersamamu, , ,
Adakah di sana kau Rindukan ku
aku disini slalu merindukanmu (.... ....)
tak terbatas oleh Ruang dan waktu
dan adakah rindu ini mash mampu membelai bayangan indah mu dsana
hingga ku mulai menitikkan butiran bening airmataku
Hari, bulan,tahun kini tlah terganti
namun dirimu masih dihati..
ku tau kau kini bukan milikku
tapi cintaku masih milikmu
Yang telah ku tata rapi dengan sayap-sayap cinta kita
namun sayap-sayap itu kini tak berarti
hingga tnggal kenangan-kenangan rindu bersamamu
kini ku bingkai indah kenangan itu
Oleh Anggita Femilya
Dalam balutan kelemahan
engkau tetap pancarkan berjuta harapan
tersenyum penuh arti dalam sebuah ketulusan
ketika kekecewaan datang
engkau ajarkan arti sebuah keikhlasan
ketika kesakitan itu pun datang
kaulah yg temaniku hingga datangnya kesembuhan
Aku tak tahu apa jadinya aku tanpamu
tak mengerti bagaimana aku hidup jika tanpa kasih sayangmu
aku tak habis pikir bila aku tak dilahirkan dari rahimmu
Ibu...
ijinkanlah aku bernyanyi untukmu
bernyanyi sebuah lagu cinta yg tak akan pernah bosan terucap
lagu cinta yg tak akan hilang termakan zaman
lagu cinta yg ingatkan kita tentang mimpi dan harapan
Ibu...
tetap ijinkanlah aku bernyanyi
menyanyikan senandung rindu ini
rindu yg tak akan pernah hilang dan pergi
senandung kata cinta nan sederhana
lagu cinta untuk ibu
TEMARAM SENJA DI KOTAKU
Oleh Bambang Sukmadji
Kotaku menenggelamkan seluruh tubuhku
meski aku dilahirkan di sini...
aku kokohkan sendi tulangku sendiri,
agar temaram senja tak menjauhkan aku
kotaku tak menyisakan satupun yang kumiliki
telah aku benahi segalanya, tatapan mataku, kayuh kakiku
beribu mulut parau melemparku hingga pucuk ilalang
Semua nampak tak sedikitpun meraih eksotis mawar
padahal dengan angin kembara aku hiaskan
di wajah kotaku, yang menyimpan seribu sembilu
aku tersudut di kotaku sendiri, namun semuanya
memburu detik, demi sayap sayap burung merak
aku sekejap dalam separo nafasku
Segalanya memang Kodrat dan Iradat dariNYA
aku sambut dengan percikan air kembang
dan bentangan puji memenuhi kamarku, aku menggapai arti
lantas sederetan puncak bukit menyerpihkan asa padaku
hingga aku meluruskan batas pandang
kotaku tertinggal di jauh detik yang menerkamku
Di kota ini.....
kembali aku lahir, dengan selendang bidadari
dan angin sejuk membawakan keranjang hidup
aku bersama wewangi bunga setaman
indah menggurat wajah pagi, tanpa suara parau
tanpa layu bunga, tanpa hunian gersang dan tanpa
debu debu kemarau yang menderaku
Bukankah aku lahir di kotaku
dengan semburat awan jingga dan tujuh warna pelangi?
lantas mengapa kau diam membisu, saat aku berkemas
dengan dewa dewi Indraloka bertabur tarian gadis manja
barangkali lantaran aku terselip dalam nyanyi jalang
burung hantu di siang hari bolong
Sehingga semua tertawan dalam tawa renyah
lantas aku melipatkan sayap, menukik tubuhku
memunguti bumiku sendiri...lengang
aku tak akan pernah melempar wajah berkerut
tetaplah kau kotaku dalam biru rinduku
karena aku terlahir sebagai tulang dan daging
Hari hari adalah miliku sendiri
hari hari adalah langkahku sendiri
hari hari adalah wajahku sendiri
Aku terselip di kotaku yang baru, yang melahirkan
kasih suci bersama istri dan anaku
SUNYI TANPAMU DISINI
Oleh Rosal Pribadi Putra
Kesunyian Menyelimuti
hingga tiba sang fajar menyelinapi ku disini masih sendiri
tanpamu yang biasa di hati yang tlah terukir indah
dan terbingkai rapi bersamamu, , ,
Adakah di sana kau Rindukan ku
aku disini slalu merindukanmu (.... ....)
tak terbatas oleh Ruang dan waktu
dan adakah rindu ini mash mampu membelai bayangan indah mu dsana
hingga ku mulai menitikkan butiran bening airmataku
Hari, bulan,tahun kini tlah terganti
namun dirimu masih dihati..
ku tau kau kini bukan milikku
tapi cintaku masih milikmu
Yang telah ku tata rapi dengan sayap-sayap cinta kita
namun sayap-sayap itu kini tak berarti
hingga tnggal kenangan-kenangan rindu bersamamu
kini ku bingkai indah kenangan itu